![]() |
Suasana kompleks Universitas OvG |
Tidak seperti di Jakarta yang hiruk pikuk dan dipenuhi dengan kemacetan, yang membuat suasana belajar menjadi tidak nikmat dan ditambah dengan kebiasaan manusia Indonesia yang cenderung sulit untuk menjaga kondisi lingkungan di sekitarnya, suasanya perkuliahan di kampus OvG sangat jauh berbeda dan terasa seperti tidak sedang mengikuti kuliah. Hawa yang sejuk dingin dan bersih membuat kondisi belajar sangat menyenangkan dan membuat kita dapat fokus 100% kepada materi yang disampaikan oleh para Profesor pengajar.
![]() |
Di salah satu gedung kampus |
Di Jakarta, kalau mau jujur, hampir di setiap sudut ruangan dan tempat manapun, pasti kita akan menemukan barang yang tergeletak tidak karuan, rusak karena tidak dirawat, rusak karena memang dirusak oleh tangan-tangan jahil, ataupun rusak karena dimakan usia. Udara lembab di Indonesia juga turut menambah proses kerusakan barang terutama yang berbahan metal sehingga menyebabkan karat di sana-sini. Lingkungan tersebut sangat jarang saya jumpai di kampus OvG, walaupun gedung yang kami gunakan untuk belajar juga termasuk gedung lama, tetapi karena selalu dijaga dan dirawat kebersihannya, kondisi seperti di Indonesia bisa dikatakan hampir tidak pernah kami temui. Walaupun kami menggunakan ruang basement gedung untuk kuliah, ruang tersebut sangat bersih dan nyaman. Tersedia juga coffee machine di luar ruangan yang dapat kami gunakan setiap saat ketika kami membutuhkan sedikit penambah semangat walaupun harus mengeluarkan sekitar 50-75 sen Euro untuk segelas kopi panas.
![]() |
Anggota Kelas QSE minus Adi Setiadi yang pegang kamera |
Mungkin kondisi di atas tidak sepenuhnya ditemui di Jakarta sekarang ini, masih banyak tempat-tempat baru yang kini bisa dijumpai yang sudah didesain dan dirancang menyerupai suasana di Eropa. Hanya saja kita sangat bergantung dengan bagaimana perawatan tempat-tempat tersebut untuk selalu bisa memberikan suasana nyaman. Kadang-kadang saya rindu untuk bisa kembali ke Magdeburg untuk bisa sekali lagi menikmati suasana nyaman yang saat ini sudah jarang saya temui di Jakarta selain di rumah saya sendiri.
![]() |
Perpustakaan OvG saat senja |
Di Jerman khususnya di kampus OvG, suatu departemen atau jurusan tertentu di Universitas pasti dipimpin oleh seorang Profesor. Profesor ini selain memimpin juga bertanggungjawab atas kelangsungan hidup dari departemen tersebut, mulai dari mencari dukungan dana maupun mencari siswanya. Salah satu sumber dana yang diperoleh adalah dari pemerintah yang terbatas pada jumlah siswa yang terdaftar di departemen bersangkutan. Jadi semakin banyak siswa yang mendaftar pada jurusan itu, semakin banyak pula dana yang dikucurkan oleh pemerintah kepada departemen tersebut.
![]() |
Max-Planck-Institute yang letaknya di belakang asrama |
Selain dana dari pemerintah, pihak Universitas atau institusi pendidikan juga mengadakan bentuk kerjasama dengan pihak swasta sebagai sumber dana-nya. Oleh karena itu tidak heran kalau di Jerman hampir rata-rata Universitas atau institusi pendidikan tingkat tinggi memiliki kerjasama dengan pihak swasta dalam pengembangan teknologi. Contohnya adalah Departemen Teknik Mesin di OvG yang mengadakan kerjasama dengan pihak industri mobil VW. Penelitian dalam pengembangannya menjadi salah satu topik yang kemudian diambil sebagai topik penelitian oleh para mahasiswa yang mengambil gelar Doktor, Master ataupun Sarjana di departemen tersebut.
![]() |
Perpustakaan Kampus OvG |
Saya mengambil jurusan QSE atau Quality, Safety and Environment. Kepala jurusannya adalah Profesor Ulrich Hauptman, bertubuh tinggi besar dan bisa sedikit berbahasa Indonesia. Beliau memiliki rumah di Indonesia yang kalau tidak salah ada di Pulau Lombok. Karena program ini adalah program miliki beliau, maka beliau sering bepergian ke Indonesia dalam urusan kerjasama dengan salah satu universitas ternama di Bandung. Bahkan program ini pun memberikan beberapa beasiswa kepada mahasiswa Indonesia melalui DAAD, lembaga yang mengurusi pendidikan khusus untuk negara Jerman di Indonesia. Oleh karena itu tidak heran kalau program ini cukup populer dan dikenal di kalangan mahasiswa Indonesia. Bahkan 50% dari peserta jurusan ini setiap tahunnya rata-rata adalah mahasiswa Indonesia.
Selain mahasiswa Indonesia, pada saat saya belajar waktu itu juga terdapat beberapa mahasiswa Asia Afrika dan Amerika Latin antara lain Thailand, China, Pakistan, Filipina, India, Nigeria, Columbia dan Cuba. Dengan mayoritas mahasiswa Asia di jurusan ini, suasana keakraban lebih terasa karena persamaan kultur dan situasi sosial. Dan sebagai mahasiswa mayoritas, maka hubungan antara sesama mahasiswa Asia terasa jauh lebih dekat dibandingkan dengan mahasiswa lainnya dari Afrika dan Amerika Latin. Sering kami mengadakan acara belajar bersama, makan bersama dan bepergian bersama di waktu-waktu tertentu. Wah...memang sangat merindukan sekali saat-saat seperti itu. Kapan ya bisa kembali ke sana....
![]() |
Suasana saat belajar kelompok dengan Cartoon dan 'M' dari Thailand |
Halo gan, wah memang ya suasana disana itu mendukung sekali untuk study. Btw gan, apa kamu masih tinggal di magdeburg untuk saat ini? Kalau boleh bertukar cerita dan berkenan untuk share pengalaman lebih detail mengenai perkuliahan di magdeburg boleh dong gan kita ngobrol via email.
ReplyDeleteIni email ku gan budiforex911@gmail.com