Thursday, February 11, 2010

Tiba di Magdeburg

PERJALANAN MENUJU MAGDEBURG

Akhirnya tiba juga di tempat tujuan, tepatnya tanggal 26 Oktober 2003. Berhubung ini kali pertama saya mengunjungi Eropa maka ada sedikit kepanikan saat pesawat pertama dari Jakarta menuju Frankfurt mengalami keterlambatan. Karena untuk mencapai Magdeburg harus melanjutkan penerbangan kembali dari Frankfurt ke Berlin, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan kereta api. Saat pesawat tiba di Frankfurt, pesawat lanjutan ke Berlin sudah bersiap lepas landas sehingga tertinggal lah saya di airport. Untungnya ada seorang bapak, orang Indonesia, yang memberitahukan saya untuk melakukan transfer pesawat di counter Lufthansa sehingga saya bisa langsung dipandu untuk mendapatkan penerbangan selanjutnya menuju Berlin.

Sebelum berangkat dari Indonesia, kami sudah meminta bantuan seorang kenalan yang tinggal di Berlin, bapak Hartono, untuk menjemput saya di bandara dan kemudian memandu saya menuju stasiun kereta api. Namun karena keterlambatan penerbangan tadi, sayapun sangat telat tiba di Berlin hingga kurang lebih 3-4 jam. Ditambah lagi saya kehilangan kopor yang mungkin tercampur di Frankfurt ketika saya berganti pesawat. Wah, sudah telat...kopor hilang pula. Saya jadi merasa tidak enak kepada pak Hartono yang telah menunggu lama dan sekarang harus membantu saya mengurus koper yang hilang. Terpaksa kami melaporkan ke bagian 'Lost & Found' dan menunggu hingga ada informasi mengenai kopor saya. Tidak lama kemudian, kami mendapatkan informasi bahwa kopor saya sudah tiba dan berada di bagian penyimpanan barang yang terpisah dari gedung utama airport. Selesai mengurus semuanya, maka pak Hartono yang ditemani oleh keponakannya mengantarkan saya menuju stasiun utama (Hauptbanhoff) kota Berlin, dimana saya akan melanjutkan perjalanan melalui kereta.

Kereta Regional Express (RE)


Suasana di dalam RE

Untuk menuju Magdeburg, saya menggunakan kereta regional (Regional Express-RE) yang memakan waktu kira-kira 1 jam 45 menit. Pertama kali menginjakkan kaki di negara ini, saya sudah langsung jatuh hati kepada suasanya yang bersih dan teratur (bukan dengan tingkah laku orang-nya). Seakan-akan kita tidak perlu lagi memikirkan hal-hal lain karena semua sudah berjalan dengan sendirinya sesuai dengan sistem dan peraturan. Tidak ada orang yang melakukan hal-hal aneh (kecuali emang orang aneh yang berbuat), merusak, iseng, dll, apalagi yang namanya merusak sarana publik. Semua tidak pernah saya lihat di sini. Demikian pula kereta yang saya tumpangi menuju Magdeburg yang sebenarnya adalah kereta listrik biasa, tetapi kondisi di dalamnya yang sungguh luar biasa. Bersih dan terjaga dengan baik.

Stasiun Kereta Magdeburg

Begitu tiba di Magdeburg saya langsung disorientasi, bingung harus kemana, karena umumnya stasiun kereta api di Jerman memiliki peron yang terhubung dengan lobi utama melalui jalan bawah tanah. Jadi begitu keluar kereta, kita masuk ke dalam terowongan, baru kemudian menuju pintu keluar yang biasanya juga terdiri dari beberapa pintu. Karena bingung, saya kemudian SMS saja bapak Zaeni. Beliau kemudian membalas akan segera datang dan saya diminta menunggu di dalam terowongan tadi. Tidak lama kemudian tibalah beliau dan langsung kami menuju asrama tempat pak Zaeni tinggal. Sesuai dengan rencana karena saya belum mendapatkan kamar/tempat tinggal, pak Zaeni merelakan saya untuk menginap di kamar-nya beberapa waktu hingga saya bisa mendapatkan kamar sendiri. Terima kasih pak Zaeni.

TIBA DI ASRAMA

Perjalanan menuju asrama ternyata sangat singkat. Persis di depan stasiun utama (Hauptbanhoff) langsung terdapat jalur kereta (trem) yang dilewati oleh beberapa trayek. Salah satunya adalah trem yang melewati kompleks asrama tempat pak Zaeni tinggal. Asrama mahasiswa di Magdeburg ini sesungguhnya adalah asrama yang dikelelola oleh pemerintah daerah dan bukan oleh universitas. Namun dalam operasionalnya, melakukan hubungan kerja sama langsung sehingga untuk fasilitas kamar bagi para mahasiswa tamu, beasiswa dari DAAD, dan sebagainya, asrama ini memiliki tempat khusus selain dari kamar-kamar yang disewakan untuk mahasiswa umum. Demikian pula untuk fasilitas lain seperti koneksi internet dan fasilitas cuci pakaian (laundry) yang juga terhubung dengan sistem di universitas. Asrama ini disebut Studententwerk.


Ada beberapa gedung di dalam kompleks asrama ini, salah satunya adalah yang disebut 'Uni-Hotel'. Dulunya gedung ini berfungsi sebagai hotel yang dikelola oleh studentenwerk. Namun dalam perkembangannya mungkin kurang memberikan keuntungan sehingga diubah menjadi kamar-kamar yang disewakan kepada mahasiswa. Di sinilah saya tinggal, kamar milik pak Zaeni di nomor 352. Kamar yang cukup luas untuk ukuran asrama karena dilengkapi dengan kamar mandi dalam dan lemari pakaian. Tidak heran karena dulunya merupakan kamar hotel. Untuk dapur adalah dapur bersama dan terdapat 6 buah dapur untuk setiap lantai yang kira-kira terdiri dari sekitar 44 kamar.

Tampak Belakang Uni-Hotel (kiri)

Selama tinggal dengan pak Zaeni, terpaksa saya tidur menggunakan alas kasur di lantai. Untungnya ukuran kamar di Uni-Hotel cukup besar sehingga tidak terlalu mengganggu aktifitas pak Zaeni yang merupakan salah satu mahasiswa doktoran (PhD) yang telah tinggal selama 4 tahun lebih di Magdeburg. Beruntungnya, pak Zaeni juga telah memasang sambungan telepon di kamarnya sehingga saya tidak telalu sulit untuk sesekali menghubungi rumah disaat rindu dengan keluarga.

AREA KAMPUS UNIVERSITAS OTTO-VON-GUERICKE

Denah kampus Universitas OvG


Ternyata lokasi kampus dan asrama hanya berseberangan dan dipisahkan oleh jalan. Enak sekali memang, tidak perlu repot-repot melakukan perjalanan jauh. Dan ternyata jarak dari kampus ke pusat kota juga tidak jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit berjalan kaki. Berhubung bulan ini sudah memasuki akhir Oktober dan persiapan memasuki musim dingin, pepohonan sudah mulai meranggas dan udara dingin yang disertai angin cukup membuat badan kedinginan. Apalagi saya baru pertama kali menginjakkan kaki di daerah ini.  Area kampus memiliki beberapa gedung yang tersebar di area yang cukup luas. Mulai bagunan utama yang besar yang digunakan oleh beberapa jurusan seperti kimia dan fisika, hingga beberapa bangunan kecil serta bangunan tua yang digunakan oleh jurusan tertentu seperti tehnik mesin. Jurusan QSE sendiri memiliki gedung yang terpisah yang terdiri dari 4 lantai.

Jalan yang memisahkan area Studentenwerk dengan kampus

Gedung 23 tempat kami kuliah

Perpustakaan berada di area asrama sehingga sangat memudahkan para mahasiswa jika ingin mengunjungi perpustakaan. Desain bangunan yang unik pada perpustakaan ini juga menjadikan salah satu trade mark OvG University.

Tampak depan perpustakaan

Perpusatakaan OvG University (Bibliothek)

Salah satu bagian kampus

Gedung Fisika
Karena saya tiba di Magdeburg pada hari Minggu , maka kondisi kota terlihat sangat sepi. Kebetulan perjalanan dari stasiun menuju asrama melewati langsung pusat kota yang besarnya tidak lebih dari sebesar area Blok M. Di sini, hampir seluruh aktifitas bisnis tutup di hari Minggu. Bahkan menurut cerita, dulu mereka juga tutup di hari Sabtu sehingga suasana weekend di kota ini bagaikan kota tanpa kehidupan. Namun kini pemerintah daerah telah mengubah peraturan tersebut sehingga untuk hari Sabtu seluruh aktifitas berjalan normal dan beberapa toko, supermarket dan mall besar tetap buka di hari Minggu.


Suasana di Breiter Weg

Suasana di pusat kota

Di pusat kota hanya terdapat beberapa shopping mall, yang paling besar adalah Karstadt (sekelas Metro) dan untuk electronic center yaitu Saturn yang berlokasi di Allee Center. Salah satu plaza, City-Care, juga memiliki supermarket besar sekelas Carefour, yaitu REAL. Terdapat juga beberapa toko lain namun secara umum semuanya tidak bisa dibandingkan dengan PI-Mall, Kelapa Gading, Taman Angrek, dan sederetan mall lain di Jakarta.

Pusat kota

Titik pusat kota

No comments:

Post a Comment